Ku
jangkau handphone yang letaknya tak jauh dariku. Dering yang terus menerus
terdengar itu membuat aku semakin ingin tau siapa pemilik suara dibalik
deringan itu. Tak ada nama bahkan nomor yang tertulis di layar handphone ku.
Aku mulai geram karena telpon inilah yang terus mengganggu ku seminggu terakhir
ini.
“Assalammualaikum..!
kataku agak sedikit keras
Tak
ada suara yang menyahut salamku. Hening di kejauhan sana.
“Maaf..,
anda siapa ? tolong jangan ganggu saya..” pintaku sedikit keras sambil ku
putuskan sambungan telponnya.
Aku
beristigfar sambil menenangkan keadaanku. aku merasa kesal sekali, telpon itu
selalu berbunyi tepat pukul 03.00 dini hari dalam seminggu terakhir ini.
“apa
yang sebenarnya dia inginkan ?” tanyaku dalam hati
Aku
segera beranjak dari ujung tempat tidurku untuk bertahajjud. Setelah aku keluar
dari tempat wudhu, dering itu terdengar lagi dan aku sangat yakin itu dari
orang yang sama. Segera ku berlari kecil menuju suara dering yang ada di meja
samping tempat tidurku. Dugaanku benar. Tanpa ragu lagi ku reject panggilannya dan ku matikan handphoneku.
“Ya
Allah..maukah kau beritahu aku siapa yang sedang mengganggu ku itu ? aku
benar-benar merasa terusik. Gara-gara telpon itu tahajjudku terasa tak khusyuk.
Ya Allah.. sesungguhnya Engkau Maha Tahu dan aku tidak Tahu.” Pintaku dalam doa
Aku
beranjak ke arah meja belajarku untuk mengambil alquran kecil berwarna pink
lengkap dengan terjemahannya. Alquran itu adalah alquran terjemahan pertamaku
yang kubeli dengan uang hasil mengajar privat ku sebulan yang lalu. Selama ini
jika mengaji aku hanya membaca saja tanpa mendalami makna yang ingin
disampaikan karena aku tak punya quran terjemahan itu. kini aku telah
memilikinya dan benar-benar membuatku takjub akan isinya.
Aku
mulai membuka surah ke 55 dari Alquran kesayanganku itu. aku selalu membacanya
setalah tahajjudku. Surah ini mengajarkan kita akan kepemurahan dzat yang
memiliki raga ini dengan memberikan nikmat yang tak terhingga bagi kehidupan
dunia dan akhirat kita. Dia mengajarkan manusia berbicara,Pohon- pohonan dan
tumbuh-tumbuhan tunduk kepada –Nya, dan seluruh alam merupakan nikmat-Nya
terhadap ummat manusia.
“Ar-rahmaan.
‘Al Lamal Quran. Kholakol insaan. ‘Allamahul bayaan…
Tak
terasa bulir bening mulai mengalir di pipiku ini. memberikan sentuhan rasa
hangat dan asin. Aku mengusapnya dengan tissue yang memang sudah aku sediakan.
Aku tahu karena aku pasti akan menangis ketika membaca surah ini sampai aku
menyelesaikannya. Tak jarang aku baru bisa mengakhiri bacaanku sampai waktu
shubuh karena terlalu mendalami surah tersebut.
Aku
kembali untuk memperbarui wudhuku yang tidak batal untuk segera menunaikan
ibadah sholat shubuh yang bagi sebagian orang sangatlah gampang ditinggalkan.
Mereka lebih memilih untuk tidur dari pada memenuhi panggilan Sang Maha Kasih.
“Safa.”
Suara ibu yang memanggilku dari luar. Aku segera membukakannya pintu dan
mengucapkan salam padanya.
“Kau
menangis lagi Safa ?” Tanya ibuku yang sudah sangat tahu penyebab aku menangis.
Aku hanya mengangguk dan mengiyakan pertanyaan ibu.
“Semoga
kau selalu dalam kasih sayang Yang Maha Rahman.” Permintaan ibuku yang tak
asing lagi ku dengar. Aku mengamini doa ibu dan segera menutup pintu kamarku.
Di
luar sana embun pagi sudah turun membasahi seluruh isi bumi. Tak pernah absen
setiap harinya. Tak pernah pilih kasih dalam berbagi kesejukan. Begitu juga
dengan rasa syukurku yang tak pernah hilang saat shubuh telah datang. Betapa
Maha Rahman nya Allah yang masih memberikan nikmat yang begitu dahsyat pada
semua Hambanyanya tanpa melihat apakah dia taat atau ingkar.
“Fabiiayyi
alaa irobbikuma Tukadziban.” Ucapku lirih sambil menutup shubuh hari ini dengan
ketakjuban luar biasa.