Minggu, 23 Oktober 2011

Masa SMK




Moment In Longkali

*1.3


*1.2





* 1.1

:(

Loh.. kok ga bisa sie..

* testing doang

Foto

* Gipo.com

Foto OSTN III Semarang






* Senangnya bisa foto di Mesjid Agung Jawa Tengah..
*sik.. Asyik (Sebelah Kanan)

*Sekarang Lagi di depan Miniatur candi prambanan (Sebelah Kiri)





hahay...

Baca dari Kanan :

1. Krisna dari Gorontalo
2. Astriana dari Kalimantan Timur
3. Rizky dari Palembang

Teman-teman kapan kita ketemu lagi yah.. pengen ngulang masa lomba dulu

Selasa, 18 Oktober 2011

Suamiku Suaminya

“ kang.. kapan kita menikah..? kita sudah lama seperti ini. Orang tua ku juga sudah memaksa ku untuk menikah. Bahkan mereka akan menjodohkan aku jika aku tak kunjung menikah tahun ini.” Kata yuli sedih.

“sabar ya, akang sedang berusaha agar dapat mengumpulkan biaya untuk pesta pernikahan kita nanti.”

“kang rudi, yuli sudah sabar menunggu. Lagi pula yuli ga butuh pesta yang mewah, yang penting yuli dan akang resmi menjadi suami istri.” Kata yuli lagi. mereka membicarakan hal ini sambil menikmati pemandangan sungai di depan mereka. Air yang jernih mengalir sesuai dengan perasaan mereka saat itu. Gemercik air yang terdengar seperti alunan indah mampu membawa mereka pada indahnya mahligai pernikahan. Serta pancaran surya pagi yang memantul dari air sungai dan mengenai tubuh mereka mampu menciptakan suasana hangat dalam kehidupan keluarga yang penuh cinta. Kicau burung pun menambah ramai angan mereka dengan kehadiran anak-anak yang lucu. Tapi mereka harus menghentikan semua khayalan mereka karena suara yang mengagetkan mereka tiba-tiba terdengar nyaring di kedua telinga mereka. Mereka berdua menoleh kebelakang. Dilihatnya seorang pemuda bertubuh besar, kulitnya sawo matang dan mampu dikatakan seorang laki-laki yang banyak diincar oleh para wanita.

“rudi…!!!” teriak pria bertubuh kekar itu. sontak mereka berdua terkejut dan segera berdiri menghadapnya.

“kang.. yuli takut kang.” Kata yuli cemas

“tenang yuli, dia tak akan berani menyakiti mu selam ada akang yang melindungimu.” Rudi coba menenangkanku. Aku dan rudi masih diam di tempat kami berdiri. Sedangkan agus datang menghampiri kami. dia terlihat sangat marah sekali. Memang sejak lama agus sudah menginginkanku. Bahkan sejak aku masih dudk di kelas 3 SMA sedangkan dia sudah bekerja di kantor milik ayahnya. Usia ku dan usinya hanya berbeda 4 tahun saja. sedangkan usia ku dengan kang rudi hanya berbeda 2 tahun.

“apa yang kalian lakukan disini. ! berduaan seperti orang yang tak bermoral..!” katanya dengan nada keras.

“apa yang kamu lakukan juga tak bermoral. Berteriak sesuka hati.!” Kata kang rudi membalas cemohan agus.

“hey.. pemuda miskin.. kamu berani berkata seperti itu yah.. kamu pikir kamu hebat..!” kata agus kemudian. Perdebatan diantara mereka terus terjadi. Mereka tak ada yang mau mengalah satu sama lain. Hingga akhirnya mereka salinh adu kekuatan. Yuli berusaha melerai mereka. Tapi mereka tetap tak memperdulikannya. Keributan yang terjadi dilihat oleh warga yang sedang berlalu-lalang. Tak lama kemudian para warga dan ketua rt datang ketempat mereka berkelahi. Setelah mendengar teguran pak rt mereka segera menghentikan perkelahian mereka. Agus dan rudi tertunduk malu. Akhirnya mereka berdua berdamai setelah pak rt menyuruh mereka saling jabat tangan. Meskipun telah berdamai tetapi diantara mereka masih terlihat dendam yang tersimpan. Semua warga bubar setelah mereka berdua berdamai. Termasuk agus, yuli dan rudi. Setelah rudi sampai dirumahnya. Sang ayah sudah menunggunya. Rupanya ayah rudi marah karena kelakuan rudi yang dianggap bikin malu keluarga. Rudi akhinya dimarahi habis-habisan oleh sang ayah. Namun ayah rudi masih dapat mengontrol emosinya sehingga tak satupun pukulan melayang kearah rudi. Ibunya hanya diam tak bersua. Setelah ayahnya merasa puas memarahinya rudi disuruh untuk mengantarkan pesanan pigura ke teman ayahnya sebagai hukuman untuknya. Setelah bada’ dzuhur rudi pun pergi mengantarkan pigura milik teman ayahnya. Pigura itu berukuran sangat besar. Ayahnya memang merupakan pengrajin pigura. Banyak pigura-pigura cantik dan bagus yang sudah lahir dari tangan ayahnya. Setelah satu jam rudi mengendarai sepeda motornya. Sampailah ia dirumah teman ayahnya itu. rudi segera memarkirkan motornya di halaman rumah. Rumah itu tampak sepi. Rudi berjalan kearah rumah dan berhenti di depan pintu sang pemilik rumah. Ia mengucapkan salam sambil mengetuk pintu rumah itu. tak lama rudi menunggu, akhirnya pintu dibuka. Alangkah kagetnya rudi. Seorang wanita cantik dengan balutan gamis yang membuatnya tampak anggun dan indah dipandang. Juga dengan jilbab yang mengurai hingga menutup sampai kedadanya. Sungguh wanita yang menjadi idaman para lelaki untuk menjadikannya istri. Kulitnya juga putih bersih. Tampaklah ia seperti bidadari dari syurga.

“kenapa ayah tak pernah bercerita bahwa ia punya teman yang memiliki anak bak bidadari.” Batinnya. Tingkah laku rudi mungkin mengherankan bagi gadis muslimah itu. hingga pada saat rudi tersadar didepannya sudah berdiri teman ayahnya itu.

“nak.. silahkan masuk dulu. Tidak baik berdiri didepan pintu.” Ajak pak yusuf.

Pak yusuf masuk dan diikuti rudi dibelakangnya. Pak yusuf mempersilahkan rudi duduk. Mereka memulai cerita mereka dengan menanyakan kabar masing-masing juga kabar tentang ayah serta ibu rudi. Mereka tak pernah bertemu sebelumya. Rudi hanya sering mendengar tentang pak yusuf dari ayahnya saja. pak yusuf adalah pelanggan langganan ayahnya. Jadi ayahnya sering menceritakannya disaat rudi membantu ayahnya membuat pigura. Biasanya rudi juga tak pernah mengantarkan pigura buatan ayahnya itu kerumah pak yusuf. Kebetulan saja ayahnya sedang tak enak badan sehingga rudi harus menagntarkan pigura itu sekaligus hukuman buatnya. Mata rudi masih mencari-cari sosok gadis cantik yang ditemuinya barusan. Pak yusuf seakan mengerti mimic wajah rudi.

“sedang mencari seseorang nak?” Tanya pak yususf

Mendengar pertanyaan tersebut rudi terkejut. Ia segera menghentikan lirikan matanya dan menjadi salah tingkah.

“ti..tidak pak..”

Mereka berdua kemudian tertawa. Disela tawa mereka, gadis yang dicari rudi sejak tadi keluar dengan membawa nampan berisi teh hangat dan kue ringan.

“subhanallah…sungguh wanita yang sempurna. Dia bidadari.” Rudi membatin. Pandangannya terus kea rah gadis itu. hingga akhirnya rudi tak sadar bahwa ia sudah hilang dibalik pintu.

“silahkan diminum rudi.”

“terimakasih pak.”

Tanpa bertanya pak yusuf seakan mengerti maksud dari rudi. Pak yusuf dapat melihat dengan jelas bahwa rudi ingin sekali mendapatkan banyak informasi tentang anaknya.

“dia itu anak semata wayang saya. Namanya ainul mardiah. Dia baru saja menyelesaikan pendidikan S1 nya di Australia seminggu yang lalu. Dia akan menikah 3 bulan lagi setelah 2 hari yang lalu kami menerima lamaran dari keluarga pak mahdi yang tinggal di ujung jalan sana. Anaknya yang bernama dimas adalah mahasiswa jepang yang Juga S1.” Jelas pak yusuf. Mendengar penjelasan pak yusuf tentang rencana pernikahan ainul mardiah remuk redam hati rudi. Rudi merasa putus asa sekali. Tapi ia coba untuk menyembunyikan perasaannya agar pak yusuf tak mengetahui apa yang dirasa oleh hatinya. Rudi merasa semakin hancur jika terus berada di rumah pak yusuf. Akhirnya rudi pamit pulang agar hatinya semakin hancur. Di dalam perjalanan pulang rudi tak habis pikir tentang perasaannya itu. ia ak percaya mengapa hatinya begitu hancur ketika mengetahui gadis yang baru pertama kali di kenalnya berencana menikah dengan orang lain. Bahkan perasaannya kepada yuli tak secemburu yang dirasakannya pada ainul ketika agus mencoba menggoda yuli yang sudah menjadi kekasihnya sejak lulus sma. Bahkan posisi yuli dapat tergusur dari hatinya ketika ia melihat ainul tadi. Semakin memikirkannya rudi semakin bingung. Ia menjadi tidak konsentrasi dalam menegndarai sepeda motornya. Akibatnya rudi jadi hilang kendali. Sepeda motor yang dibawanya jatuh tergulir. Ia pun jatuh tapi massih sadarkan diri. Ia coba bangun dibantu dengan beberapa warga yang lewat disekitarnya. Saat rudi sadarkan diri ia sudah berada di kamar tidurnya di emani dengan ayah dan ibunya disampingnya. Rudi hanya menjelaskan bahwa ia merasa kurang enak badan sehingga tidak konsentrasi dalam mengendarai motornya. Setelah rudi menceritakannya rudi meminta kepada kedua orangtuanya untuk meninggalkannya sendiri. rudi terus dibayang-bayangi oleh wajah cantik ainul juga pesta pernikahan yang akan digelar oleh ainul dan dimas. Hati rudi seakan tak rela ainul menjadi milik orang lain. Kini rudi bagai buah simalakama. Ia benar-benar dilanda dilemma yang hebat. Ia tidak yakin bisa mempertahankan cintanya pada yuli atau dia akan berusaha keras untuk menjadikan ainul miliknya didunia maupun diakhirat kelak. sementara itu, kabar kecelakaan rudi terdengar oleh yuli. Keaadaan ini memaksa yuli untuk menjenguk rudi. Yuli membawakan parcel buah-buahan untuk rudi. Kedatangan yuli telah diketahui orang tua rudi yang sedang duduk santai di teras rumah mereka. Yuli datang dengan senyum yang manis serta keramah-tamahannya. Orang tua rudi pun menyambutnya dengan baik. Setelah beberapa saat bercerita dengan orang tua rudi, yuli dipersilahkan untuk menemui rudi dikamarnya. Orang tua rudi percaya pada yuli dan rudi tidak akan berbuat yang melanggar aturan agama tanpa sepengetahuan mereka. Senyum yang mengembang dilihat rudi ketika ia membukakan pintu buat yuli. Rudi membalas senyum yuli bercampur rasa ragu.

“akang tidak apa-apa.”( sambil meletakkan buah-buahan di meja dan segera duduk di tempat tidur rudi).

“yuli.. akang tidak apa-apa. Yuli tidak usah kawatir ya.” ( berdiri membelakangi yuli).

“syukurlah akang tidak apa-apa. Oh ya kang, yuli sudah bilang pada orangtua yuli, mereka setuju dengan rencana pernikahan kita walaupun tak semewah orang lain. Akang juga bisa pakai uang tabungan yuli untuk melamar yuli. Yuli ikhlas kang, asalkan akang bisa jadi suami yuli. Yuli ga bisa lama menunggu kang. Akang tahu kan, jika sampai tahun ini yuli tidak menikah juga maka ayah yuli akan menjodohkan yuli dengan laki-laki keparat itu kang. Demi Allah kang, yuli ga pengen punya suami seperti agus kang.” Kata yuli dengan lembut. Mendengar permohonan yuli hati rudi tersentuh. Ia merasa bersalah jika harus meninggalkan orang yang selama ini memberikan perhatian padanya, selalu ada buatnya tetapi ia juga tidak bisa mencegah hatinya untuk mengusir baying-bayang ainul.

“kang.. kenapa akang diam ? ada yang akang pikirkan.” Pertanyaan yuli tersebut mengagetkannya.

“tidak yuli, akang hanya bingung.”

“bingung.. akang bingung apa ? akang ragu pada yuli ? atau akang tidak cinta lagi pada yuli ?” kata yuli cemas

“tidak bukan itu, akang takut tidak bisa membahagiakan yuli kelak.”

“apapun kelak yang terjadi pada yuli dan akang, yuli tak akan menyalahkan akang dengan tidak bisa membahagiakan yuli.” Semua kata-kata yang keluar dari mulut yuli dirasakan rudi sangat tulus. Namun ia belum bisa memberikan kepastian yang jelas tentang hubungan mereka. Sebelum bertemu dengan ainul rudi sangat yakin akan memperistri yuli, tetapi sekarang perasaannya berubah ketika dia bertemu dengan ainul.

“baiklah kang, tidak enak jika yuli berlam-lama disini. Yuli kasih waktu akang sampai besok. Jika akang tidak memberikan keputusan akang maka yuli bersedia untuk menjadi istri agus. Dan akang akan melihat yuli menangis setiap hari hingga akhirnya yuli menjadi sesosok tubuh tak bernyawa. Yuli pamit kang.” Kata yuli sambil meninggalkan rudi. Orang tua rudi kaget ketika melihat yuli keluar dengan derai air mata. Ibu rudi segera menemui rudi untuk mencari tahu sebabnya. Rudi segera menceritakan semua kejadian dari awal ia mengenal ainul hingaga ajakan menikah yuli. Ibunya memperlihatkan rasa kasihan pada anaknya itu.

“rudi.. lebih baik kamu menerima saja yuli sebagai istri mu. Toh sebelum kamu bertemu dengan ainul kamu sudah berencana untuk menikah dengannya. Lagi pula yuli itu juga cantik dan baik, dia juga santun pada ibu dan ayah. Di bandingkan ainul yuli hanya tidak mengenakan jilbab. Nanti setelah menikah,kau kan bisa menyuruhnya memakai jilbab. Lagi pula, ainul itu kan sudah dilamar oleh dimas. Tidak pantas kau mengharapkan wanita yang sudah akan menikah. Ibu yakin menikahi yuli adalah keputusan yang terbaik.” Kata ibu retno menasehati anaknya. Keesokan harinya rudi sudah menunggu yuli di tempat biasa. Rudi akan memberikan keputusannya di depan sungai yang akan menjadi saksi cintanya. Tak lama rudi menunggu yuli sudah tiba. Tanpa basa-basi yuli segera menanyakan keputusan rudi. Rudi segera memberitahukan keputusannya bahwa ia mau menjadi suaminya. Yuli saat itu senang mendengar keputusan rudi. Rudi pun menampakkan wajh senag meskipun ia masih belum bisa melupakan ainul.

“maafkan aku yuli, aku akn berusaha menghapus baying ainul dan mencintaimu sepenuhnya.” Rudi membatin. Setelah seminggu berlalu, acara lamaran pun digelar. Keluarga rudi datang kekediaman yuli. Mereka telah menentukan tanggal pernikahan mereka. Hari bahagia itu jatuh tepat bersamaan saat pernikahan ainul dan dimas. Sampai hari pernikahannya tiba rudi masih belum bisa melupakan ainul. Di hadapan penghulu rudi terlihat gugup. Tapi untungnya rudi tidak perlu mengulang ucapan ijabnya. Kini rudi telah resmi menjadi suami yuli. Dan saat itu pula ainul resmi menjadi istri dari dimas. Babak kehidupan baru bagi mereka pun dimulai. Meskipun rudi berasal dari keluarga yang sederhana ia tidak mau mengajak istrinya untuk tinggal bersama kedua orang tuanya. Rudi mengajak yuli untuk tinggal di rumah sewaan yang cukup luas untuk mereka berdua. Rencananya rumah itu hanya ditempati untuk sementara sampai mereka mampu mempunyai rumah sendiri. enam bulan pertama pernikahan mereka rudi sudah mampu melupakan ainul. Selain itu yuli pun sudah mengandung anak pertama mereka. Hal ini membantu rudi untuk melupakan ainul. Mereka menjalankan rumah tangga yang benar-benar mesra sekali. Suatu saat rudi sedang bersantai di teras rumahnya.

“kang.. ini teh buat akang.( duduk disamping rudi sambil meletakkan gelas dimeja)

“terima kasih ya sayang.” Kata rudi sambil tersenyum genit. Tiba-tiba arah pembicaraan yuli mengagetkan rudi sehingga the yang diminumnya membeuatnya tersedak.

“kang.. yuli punya teman. Kebetulan waktu dia menikah sama dengan hari pernikahan kita.”

“oh ya siapa?.” Tanya rudi

“namanya dimas kang, dia anak teman ayah. Waktu kecil aku sering banget main bareng dia. Dulu dia itu mahasiswa jepang loh kang?” jelas yuli. Rudi kaget mendengar kalimat terakhir yuli. Dia pikir teman istrinya adalah dimas yang lain yang hanya mempunyai kesamaan nama dengan suami ainul. Ternyata mereka adalah orang yang sama.

“memangnya kenapa dengan dimas teman mu itu ? apa istrinya juga sedang mengandung sama sepertimu ?” Tanya rudi penasaran

“bukan itu kang ini lebih menyedihkan lagi.” kata yuli meneruskan.

“menyedihkan bagaimana ?” Tanya rudi cepat.

“seminggu yang lalu suaminya meninggal karena tabrakan mobil saat pulang kerja. Saat dalam perjalanan kerumah sakit nyawa suaminya sudah tidak tertolong lagi. sekarang istrinya tinggal bersama orang tuanya. Kasihan ya kang ?” kata yuli mengakhiri penjelasannya.

Rudi yang mendengar peristiwa sadis itu berekspresi kurang wajar. Ia mengeluarkan air mata seakan ia menjadi bagian dari penderitaan ainul. Yuli yang melihatnya itu menjadi heran. Yuli merasa ada sesuatu yang erat hubungannya dengan peristiwa itu sampai-sampai suaminya menjadi aneh. Rudi tidak sadar bahwa yuli sedang memperhatikannya. Ia baru sadar ketika yuli beranjak meninggalkannya sendirian. Yuli merasa kesal ketika mendengar suaminya terus- menerus meyebut nama ainul yang ia tahu ainul adalah istri dari dimas temannya. Rudi lalu masuk dan memberikan penjelasan kepada yuli bahwa ia pernah mengenal ainul sebelum menikah dengan yuli. Bahkan rudi juga menceritakan perasaan dilemanya ketika harus memilih yuli atau ainul yang akhirnya ia putuskan untuk menikahi yuli. Sempat ada rasa marah di hati yuli karena ia hampir dicampakkan karena ainul. Tapi ia berusaha untuk mengerti keadaan suaminya sekarang. Lima bulan sudah berlalu sejak kabar duka itu terdengar oleh rudi. Kini rudi dan yuli sudah tidak tinggal di rumah sewaan lagi. mereka sudah mempunyai rumah baru dan juga yuli sudah melahirkan anak pertamanya yang sudah berusia 2 bulan. Sejak sebulan terakhir saat di rumah baru mereka, suaminya menjadi jarang pulang. Rudi mengaku bahwa ia banyak tugas lembur di kantor hingga harus pulang larut malam. Yuli juga mengaku bahwa suaminya kurang memberikan perhatiaan lagi padanya. Yuli merasakan bahwa suaminya sedang membagi kasih sayangnya dengan wanita lain. Hal ini pun di buktikan yuli. Ketika menemukan beberapa foto pernikahan. Di foto itu terlihat jelas suaminya sedang mengucapkan ijab Kabul. Hanya saja yuli tak mengenali siapa wanita yang menjadi istri kedua suaminya itu. perasaan yuli hancur berkeping-keping. Ingin rasanya ia pergi dan membawa anaknya jauh dari kehidupan suami yang sudah menghianatinya. Suami yang selalu di tunggunya pulang ternyata ada bersama wanita lain. Pantas saja suaminya hanya berada di rumah setiap 2 hari sekali. Malam ini adalah malam dimana suaminya akan pulang kerumahnya. Ketika rudi datang yuli tak menyambutnya. Ia hanya diam duduk di sofa.

“apa yang kau lakukan sayang ? kenapa tak menjawab salam ku ?” tanyanya heran sambil duduk di hadapan yuli. Seketika air mata yuli jatuh berderai. Rudi tak mengerti apa yang sedang dialami oleh istrinya. Ia kemudian mendekati istrinya tetapi yuli segera berteriak agar rudi tak mendekat kearahnya.

“cukup..! cukup..! kau berbohong. ! aku.. aku tak suka kebohongan yang kamu lakukan ? selam ini aku mencintaimu dengan tulus ! tapi apa.. kamu berlaku curang dibelakangku.!”( sambil menangis dan marah )

“tenangkan dirimu. Maafkan aku sayang, aku ..aku akui bahwa aku telah memadu mu. Tapi sungguh aku masih sangat mencintaimu. Aku hanya ingin menolong ainul yang di tinggal pergi suaminya. Aku tak sanggup jika dia harus membesarkan anaknya sendiri. aku mohon sayang, mengertilah.” Mohon rudi

“tapi apa mesti kamu yang menikahinya ? bukankah di luar sana masih ada laki-laki lain yang mau menikahinya.! Aku tak perduli ! sekarang kamu pilih aku atau dia ?! aku tak mau lama menunggu!” kata yuli tegas lalu meninggalkan suaminya yang masih mematung di ruang tamu mereka. Rudi masih bingung harus memberikan keputusan yang tepat untuk masalahnya. Tak lama kemudian yuli keluar dengan membawa koper dan anaknya itu. rudi segera mencegah mereka. Yuli tetap ngotot hingga akhirnya keributan mereka sampai keluar rumah. Yuli terus berlari dan rudi terus mengejarnya.

Brukk…

Rudi jatuh tak berdaya. Darah keluar dari semua lubang yang ada di tubuhnya. Yuli menghentikan larinya dan berteriak melihat suaminya jatuh tertabrak mobil yang mengangkut puluhan buah kelapa. Saat yuli berada di samping suaminya, ia hanya mendengar permintaan maaf suaminya dan permintaan terakhir suaminya agar tidak membenci ainul karena saat menikahi ainul, rudi mengaku tak beristri. Yuli terus menangis hingga jasad tak bernyawa itu masuk kedalam perut bumi. Sebagai amanat suaminya ia mencoba untuk tidak membenci ainul. Bahkan kini ia dan ainul tinggal bersama sebagai istri yang selalu mendoakan suami mereka. Mereka berjanji untuk tidak lagi menikah. Cukup rudi sebagai suami mereka berdua. Suami untukku dan suami untuknya.

Ayahku Waria

Ayahku waria

“woi… buka pintunya…! Woi…! Kalian dengar ga sih…! Kalian tuli apahh..!! woi…!” ( dalam keadaan mabuk dan terus mengeedor pintu). Aku terkejut mendengar suara keras itu. aku bangun dan beranjak dari tempat tidurku dan penasaran ingin melihat keadaan di luar. Aku hanya mengintip di balik pintu kamar ku. ku lihat ibu sedang berjalan untuk membuka ppintu yang sedari tadi digedor itu.

“astagfirullah nak.. kamu mabuk lagi ?”

“bukan urusan loh tua Bangka..! minggir..!

Ibuku terjatuh karena dorongan kakak. Sejak kakak berhenti dari kuliahnya ia menjadi sering pulang malam dan sering mabuk. Kakak harus berhenti kuliah karena orang tuaku tidak mempunyai biaya untuk membayar semua uang kuliah kakak. Kakak malu kepada teman-temannya karena ia miskin. Ibuku hanya seorang buruh cuci di daerah tempat kami tinggal. Sedangkan ayah bekerja hanya pada malam hari dan kami tidak pernah tahu apa yang menjadi kerjaan ayah, karena ayah tak pernah memberitahukannya. Kadang ayah bisa kerja semalam suntuk dan baru pulang pagi. Aku sangat salut pada ibuku karena bisa tabah dengan keadaan yang dihadapinya. Mempunyai suami yang kerjaannya pada malam hari dan pulang pagi harinya serta seorang anak laki-laki yang tidak pernah lagi menyayanginya dan suka mabuk-mabukkan. Ini adalah cobaan bagi ibuku. Belum lagi dengan ku. karena fisik yang kurang sempurna ibu harus menerima cacian serta makian sebagai makanan sehari-harinya. Namun kesabaran ibuku mampu menegarkan dirinya dari bala ujian yang tak kunjung reda ini. terkadang aku ingin sekali bertemu dengan Tuhanku dan berlutut kepadanya. Aku ingin Dia menjadikan aku orang yang berguna di dalam keluargaku. Tapi apalah dayaku, aku hanya seorang gadis 19 tahun yang menderita tuna wicara.

Aku masih mengintip dari balik pintu. Tak lama kemudian kakak keluar dan menggenggam uang di tangan kanannya. Ibu yang masih terduduk di dekat pintu segera berdiri untuk menghentikan aksi kakak yang membawa uang simpanan ibu untuk biaya makan kami sehari-hari.

“indra…berhenti nak.. mau kemana lagi kamu nak ? ini dsudah malam. Ibu mohon sayang jangan pergi lagi dan ibu mohon kamu jangan bawa uang itu. itu uang untuk makan kita sayang.” Pinta ibu sambil menangis. Aku tak tega melihat semua yang ada dihadapanku. Ibu harus memohon bahkan berlutut kepada kakak. Ibu yang memegang celan jeans kakak di tendangnya sehingga ibu terlempar dan kepalanya mengenai lantai. Kepala ibu berdarah akibat benturan keras itu. aku dengan spontan berlari kearah ibu dan membantunya untuk duduk. Ibu terus memegang kepalanya yang keluar darah. Aku hanya bisa menangis saat itu. kakak tak peduli dengan keadaan ibu. Bahkan ia tega mengucapkan kata-kata yang tak pantas untuk diucapkan oleh seorang anak pada ibunya. Aku kesal sekali melihat perilaku kakak. Aku ingin sekali memakinya. Tapi aku sadar akan keterbatasanku. Aku berharap semoga ALLAH membalas semua kejahatannya. Setelah kakak pergi aku membawa ibu ke kamar dan segera mengobati lukanya. Tak lama setelah ibu aku obati , ia tertidur. Aku juga merasa ngantuk. Aku lirik jam dinding di kamar ibu. Jam itu menunjukkan pukul 03.00 pagi. Bersamaan saat aku keluar dari kamar ibu, pintu rumah kami diketuk. Aku tak berani membukanya. Lama aku berdiri didepan kamar ibu dan hanya mendengarkan suara ketukan itu. akhirnya orang diluar berteriak untuk dibukakan. Dari suaranya aku tahu bahwa dia adalah ayah. Aku segera membukakan pintu untuk ayah. Ketika ayah melihatku ia kaget sekali.

“kenapa kamu belum tidur sayang ?” tanyanya lembut

Aku menjawabnya dengan bahasa isyarat. Aku katakan bahwa aku baru saja mengobati ibu yang terluka. Ayahku kaget mengetahuinya. Ayahku segera masuk dan langsung menemui ibu. Setelah aku menutup pintu aku kembali ke kamar ku dan menutup mataku untuk semua kejadian keji malam itu.

Keesokan harinya

Saat aku terbangun aku hanya melihat ibu yang sedang membersihkan rumah. Aku segera menghampiri ibuku.

“eh.. anak ibu sudah bangun.” Katanya manis.

Aku tersenyum sebentar pada ibu dan mengatakan dengan bahasa isyarat bahwa aku ingin membantu ibu karena ibu masih sakit dibagian kepalanya. Dengan kasih sayangnya ibuku bilang bahwa aku tidak perlu membantunya. Dan ibuku juga bilang bahwa ia sangat berterimakasih pada tuhan karena telah mengirimkan seorang malaikat kecil yang baik hati yang mau menemani hidupnya hingga usianya yang tidak muda lagi. aku terharu mendengar apa yang ibu katakan. Aku langsung memeluk ibu sebagai tanda sayangku padanya. Belum lama aku merasakan peluk hangat, datanglah segerombolan pemuda seusia kakak. Mereka masuk kedalam rumah dan berteriak memanggil kakakku. Seketika itu aku dan ibu langsung keluardari dapur dan menemui mereka. Aku melihat amarah besar berkecamuk dalam diri mereka. Mereka berjumlah 5 orang. Pakaian mereka seperti preman yang mengerikan. Mereka terus berteriak. Sesekali mereka menendang apa yang ada didekat mereka. Aku dan ibu tak dapat berbuat banyak karena ayahku juga sedang tidur. ibuku mencoba berbicara pada mereka tapi tidak berhasil. Mereka terus menghancurkan perabot rumah kami. rupanya keributan itu membangunkan ayahku yang sedang tidur. ia segera keluar. Ia kaget melihat aku dan ibu sedang menangis dan beberapa perabot rumah rusak. Ayah sangat marah sekali pada kumpulan preman yang sedang mencari-cari kakak itu.

“pergi kalian..! seenaknya saja masuk rumah orang dan menghancurkannya..!” bentak ayahku.

“hahahahahahahhahahahah” mereka tertawa senang.

“hebat.. seorang banci bisa marah juga.. hahahaha.” Kata seorang dari mereka. Aku dan ibu kaget mendengar apa yang diucapkannya. Tapi kami hanya bisa diam dan menangis karena takut.

“apa maksudmu hah..!” Tanya ayah marah.

“mas.. mas..,om..om.. godain kita dong..?” kata salah satu dari mereka sambil menirukan gaya banci.

“masih belum ngerti juga pak ?” lanjut mereka. Lalu terdengar lagi suara tawa mereka yang keras. Aku pandang raut wajah ayah. Aku mengerti ayah sedang marah juga malu akibat olokan para preman itu.

“begini ya om.. kami kesini mau cari indra. Dia harus menepati janjinya untuk membayar hutangnya pada kami hari ini”. Kata pimpinan preman itu.

“hutang.. hutang apa ?! kami tidak ada uang untuk membayarkan hutang indra dan indra tidak ada di rumah ini sekarang kalian pergi dan tagih saja hutangnya pada indra sendiri, kami tidak mau membayarkannya..!” kata ayahku membentak mereka. Entah apa yang mereka inginkan. Mereka tetap saja tidak mau pergi dari rumah kami. aku lihat ibu terus menangis dan ketakutan. Aku pun tak tahan dengan keributan ini. Aku lepaskan tangan ibu yang memelukku dan berlari keluar. Ibu berteriak memanggilku tapi aku sudah berlari meninggalkan rumah. Setelah aku mengumpulkan warga dan meminta mereka untuk membantuku, aku membawa mereka ke rumahku. Para preman, ayah juga ibu tak menduga aku datang dengan puluhan warga yang akan membantu untuk mengusir preman itu dari rumah kami. akhirnya dengan bantuan mereka, tak butuh waktu lama untuk menyudahi keributan di rumah kami saat itu. setelah preman itu pergi ayah dan ibuku mengucapkan terimakasih pada para tetangga yang sudah membantu. Aku pun juga mengucapkan terimakasih dengan bahasa isyarat. Setelah para tetangga pergi ayah juga ibu menghampiriku dan memelukku erat. Mereka juga mencium ku dengan penuh kasih dan sayang. Aku mengajak mereka untuk duduk di dalam dan aku segera ke dapur untuk membuat the hangat untuk menghangatkan suasana yang sempat dingin beberapa menit lalu.

“ayah..ibu ingin ayah jujur pada ibu.”

“soal apa bu.?”

“apa maksud mereka mengatai ayah itu banci ? apa ayah memang seorang banci ? apa ayah bekerja sebagai banci ? maaf ayah kalau ibu lancang berkata seperti ini. Selama ini ayah tidak pernah memberi tahu ibu apa pekerjaan ayah di malam hari. Ayah juga sering pulang pagi. Ayah ibu mohon ayah jujur pada ibu ?” kata ibu tegas pada ayah. Aku menjatuhkan gelas berisi teh yang kubawa ketika aku mendengar pernyataan ibu yang menduga bahwa ayah adalah waria. Mereka kaget mendengar suara pecahan gelas itu dan segera menghampiriku.

“ada apa sukma ?” Tanya ibu.

Aku katakan pada mereka bahwa aku terpeleset.

“lain kali hati-hati ya sayang. Sekarang masuklah ke dalam.” Kata ayah padaku. aku mengangguk dan pergi. Di dalam kamar aku berpikir tentang ucapan ibu bersama ayah tadi. “apakah benar ayahku selama ini seorang waria” pikirku. Jika benar ayah seorang waria maka selama ini benar yang dikatakan kakak dan tetangga saat mereka mencaci ibu. Aku terus menangis di kamar. Aku seakan tak menerima takdir bahwa ayah bekerja sebagai waria. Hingga malam tiba aku masih di kamar. Ibu dan ayahku sudah memksaku untuk keluar tapi aku berpura-pura sedang tidur. aku berniat untuk mengikuti ayah malam ini. Aku ingin tahu kebenaran yang sesungguhnya. Ketika ayah sudah beranjak kerja, aku mengikutinya dari belakang. Ibu tak mengetahui niat ku ini karena aku keluar lewat jendela kamar ku. aku berjalan perlahan di belakang ayah agar ayah tak melihatku. Tak lama kemudian ayah berhenti di depan sebuah rumah yang tak berpenghuni. Aku tak tahu apa yang ayah lakukan di dalamnya. Aku hanya menunggu di luar. Sekitar lima belas menit keluar seorang wanita berambut panjang, dengan rok pendek ketat serta baju tanpa lengan. Ia juga memakai high heels 5 centi. Aku terkejut melihatnya. Bukankah sedari tadi tak ada seorang wanita yang masuk ke rumah itu. hanya ayahkulah yang masuk ke dalam rumah itu. kenyataan yang aku lihat mengiris hatiku. Aku harus mempunyai seorang ayah yang bekerja sebagai waria. Aku msih ingin tahu apa yang ayah ku lakukan selanjutnya. Aku mengikuti ayah sampai ke tempat dimana ayah biasa mangkal. Setibanya ayah disambut dengan teman-teman warianya. Mereka memanggil ayah dengan nama Santi. Aku terus memperhatikan gerak-gerik ayah. Sambil menangis aku berusaha untuk menahan diriku. Ayah kemudian berdiri di pinggir jalan dan mulai melancarkan aksinya. Ayah mulai mengahmpiri mobil-mobil yang berhenti. Disana ayah menggoda para pemilik mobil yang memang menjadi pelanggan setia para waria tersebut. Tak lama kemudian ayah masuk kedalam mobil itu. dan segera mobil itu melaju dengan cepat. Aku tak megikutinya lagi. aku pulang dan langsung masuk ke kamarku. Aku tak bisa tidur karena memikirkan itu semua. sudah hampir pagi aku masih saja belum bisa memejamkan mataku. Kudengar derak kaki seseorang di luar rumah. Aku tahu itu adalah ayah. Aku segera membukakan pintu untuk ayah. Tanpa tersenyum padanya aku langsung meninggalkannya. Aku tak ingin berbicara padanya. Keesokan paginya ketika ayah mengajakku sarapan aku tak juga berbicara padanya. Karena sikap ku ini ayahku menjadi kesal. Ia kemudian bertanya dengan suara yang keras padaku.

“sukma…! Kenapa kamu berlaku seperti anak durhaka pada ayah ?!..”

“aku tidak suka pada ayah.” Kataku

“apa maksudmu sukma ? dia ayahmu sayang.” Tegas ibuku

“dia waria.” Kataku cepat dengan gerakan tanganku.

Ibuku juga ayahku kaget. Aku perhatikan wajah ayah yang tak berdaya mengelak. Belum lagi ibu yang tak henti-hentinya bertanya pada ayah. Hingga akhirnya ayahku mengaku bahwa ia memang seorang waria. Siang adalah santo yang berstatus sebagai ayahku dan malam sebagai santi yang berstatus sebagai waria. aku malu punya ayah sepertinya. Hingga akhirnya aku jatuh sakit dan meninggal dunia tepat di hari ulang tahunku yang ke -20. Kini ibu hanya sendiri di rumah karena kakak harus mendekam di penjara sejak ia tertangkap razia polisi saat pesta narkoba bersama teman-temanya. Dari surge aku masih melihat ayahku sebagai waria jalanan yang kadang harus lari karena dikejar-kejar oleh satuan keamanan.

Jumat, 14 Oktober 2011

My Secret Feel

Kini sebulan sudah saya menjalani kehidupan sebagai mahasiswa. Banyak kejadian yang terjadi disana. Tentunya ini tak mungkin saya dapatkan jika saya bukan seorang mahasiswa. Memang mulanya saya tidak berminat dengan menjadi seorang mahasiswa. Saya sudah merasa cukup dengan ilmu yang saya dapat. Toh saya juga sudah cukup bisa berbagi ilmu yang saya punya dengan anak didik saya sekelas SD.saya lebih senang menghabiskan waktu dengan mereka dan memanfaatkan sebagian waktu yang tersisa untuk menulis. Karena itu semua hal yang saya sukai. Subhanallah.. saya kagum luar biasa. Saya tak bisa membayangkan begitu sayangnya ALLAH padaku. Dia membukakan paradigma berpikir yang benar padaku. Dia tunjukkan aku bahwa cara berpikir ku selama ini salah. Menjadi seorang mahasiswa bukanlah pekerjaan yang membuang –buang waktu. Terbukti saya banyak menemukan pengalaman baru yang menyenangkan dan banyak bertemu dengan orang-orang yang lebih hebat dari ku. sehingga mereka menjadi motivasi ku untuk bisa menjadi seperti mereka atau bahkan bisa lebih dari mereka. Aku tidak mangkir dari apa yang ALLAH ciptakan di dalam dada setiap umatnya. Entah perasaan apa ini. Sebelumnya aku juga pernah merasakan perasaan seperti ini waktu masa SMK dulu. Tapi ketika kami sudah tak berjumpa lagi, rasa itu hilang seketika. Tetapi jika kami berjumpa maka rasa itu tiba-tiba muncul. Mungkin ini yang anak muda sebut dengan “cinta monyet”. Berbeda rasanya ketika aku bertemu dengannya. Aku merasa ada “sesuatu” yang tidak bisa dilukiskan dalam kata-kata. Inikah cinta sejati yang dimaksud. Sunggguh ilmu ku sangat kurang tentang hal ini. Aku tak tahu perasaan ini halal atau haram. Aku juga tak mau jadi anak buah nafsu syetan yang dapat memberdayakan ku dengan memanfaatkan perasaanku ini. Setiap bertemu dengannya, aku berusaha menekan perasaaan ini sedalam mungkin. Aku tak ingin rasa itu muncul ke permukaan yang membuat syetan bisa berpesta pora di lantai dasar hatiku. Aku tak ingin syetan itu mampu menancapkan duri cinta yang mereka campur dengan lelehan api neraka. Aku kini hanya berpasrah padaNYA. Yah.. mungkin sekarang saya harus lebih sering berkommunikasi denganNYA di waktu-waktu orang lain tertidur. Di waktu orang lain tak dapat mengganggu aku dengan NYA. Mungkin paduan tahajjud dan istikharah lebih bisa menjawab semua rasa ini. Halal atau haramkah ia untuk ku . jika memang bukan dia kelak, itu karena ALLAH tahu apa yang terbaik untukku. karena sesungguhnya DIA Maha Mengetahui kebaikannya. Siapapun dia kelak, tentu dia adalah seseorang yang DIA pilihkan untukku, dimana laki-laki itu mampu menjadi imam bagi ku, baik bagi kehidupanku, agama serta Akhiratku. AAAMMIIIINNNN YA RABBUL IZZATI.